Menikah di Indonesia pt.1: Apa yang dipersiapkan? Seperti apa tunangan?

Lamaran / Pertunangan

Saya dan pasangan memiliki latar belakang Jawa dan Chinese. Kami dan keluarga menjalankan prosesi Lamaran — yang kemudian tertunda COVID — sehingga kami menggabungkannya dengan Sangjit / kalungan yang biasanya terjadi beberapa minggu sebelum pernikahan. Beberapa hal yang disiapkan adalah:

  1. Seserahan. Pemberian dari keluarga mempelai laki-laki kepada perempuan. Jumlah box seserahan kami adalah 8 kotak, dengan masing-masing isinya adalah simbolis kesejahteraan untuk masa depan keluarga saya dan pasangan. Beberapa hal di antaranya adalah baju, tas, sepatu, perhiasan, perlengkapan makeup dan mandi, buku (ini saya yang minta supaya nanti keluarganya rajin membaca dan teredukasi hehe), buah, dan makanan. Bisa juga dengan angpao, tapi kami tidak pakai, dan juga keluarga perempuan bisa memberi sejumlah box kepada keluarga laki-laki. Sekali lagi bergantung pada tradisi dan makna apa yang dipercayai masing-masing keluarga.
  2. Venue / tempat. Biasanya bisa di rumah keluarga perempuan atau sewa ruangan. Kami menjalani lamaran di masa pandemi COVID-19 sehingga memilih tempat yang sirkulasi udaranya terjamin dan juga hanya mengundang keluarga inti. Total orang pada acara hanya 14, sedangkan keluarga besar bergabung melalui livestreaming. Tentu tidak ideal karena pada umumnya akan ada acara makan-makan bersama. Namun, kesehatan yang utama sehingga kami menjalankannya demikian. Biasanya venue di hotel akan punya minimum revenue, alias biaya minimal yang harus dibayarkan terlepas dari jumlah orang yang hadir. Sementara venue di restoran bisa lebih fleksibel, tetapi juga tergantung apakah kamu mau menyewa private room / seluruh restoran.
  3. MC. Adanya peran yang memandu acara akan meringankan kamu dan pasangan agar bisa menikmati acara lamaran. Bagaimana pun juga kalian adalah peserta acara selain sebagai pemilik acara.
  4. Makanan. Untuk mereka yang hadir, perlu disiapkan makanan dan minuman. Kami membungkus semua makanan dan minuman sehingga tidak dilakukan makan di tempat.
  5. Dekorasi. Banyak Vendor yang memberi paket Sangjit / seserahan lengkap dari dekorasi latar, box seserahan, hingga peralatan makan jika ada acara tuang teh.
  6. Dokumentasi. Fotografer / videografer profesional yang bisa membantu kamu mengabadikan momen spesial ini.
  7. Makeup Artist & Hairstylist. Untuk calon perempuan, Ibu / Mama, dan keluarga perempuan lainnya bisa menyewa MUA/hairstylist untuk mempersiapkan diri. Dandan sendiri memang bisa, tetapi tidak dianjurkan karena persiapan sendiri bisa menimbulkan beban yang tidak diperlukan.
  8. Livestreaming dan musik latar. Tim yang siap membantu kamu menyiarkan acara, membuat undangan virtual untuk disebarkan pada keluarga, serta mempersiapkan musik untuk membangun suasana.

Saya dan pasangan tidak menyewa WO untuk acara lamaran sehingga kami menjadi WO-nya di hari H. Puuusiiing luar biasa hahaha. Lucu juga rasanya karena jadi yang “punya acara” ketimbang yang “mengalami acaranya”. Jika tidak bisa menyewa WO, mintalah salah seorang teman / non-keluarga inti mengkoordinasikan acaranya untuk kamu. Dijamin acara akan lebih bisa dinikmati.

Persiapan kami kurang lebih 2 bulan sebelum acara, tapi karena tertunda oleh pandemi, kami merombak ulang acara dan mengubah lokasi acara. Undangan pun yang tadinya berjumlah 50-60 orang, menjadi hanya keluarga inti. Tidak ada makan di dalam susunan kegiatan, dari 2.5 jam menjadi hanya 50 menit. Meski demikian, acara berlangsung aman dan kami bersyukur bisa menyelenggarakan meski dengan banyak modifikasi dan aturan khusus.

Prinsip utamanya adalah kamu dan pasangan sudah sehati untuk menjalankan acaranya. Tahu persis mengapa acara tunangan diperlukan (bagi kami untuk secara sopan memperkenalkan kedua pihak keluarga dan menyatakan maksud menikah kepada keluarga besar), sepemikiran untuk batasan budget, dan kompromi bersama untuk setiap keputusan yang diambil. Bisa terjadi banyak perubahan semasa perencanaan karena faktor-faktor eksternal — yang internalnya harus dikuatkan terlebih dahulu.

Berbagi beban sama rata. Selain sehati, dalam mengerjakannya kedua belah pihak harus sama-sama berjuang dan ambil andil. Tidak ada yang namanya, “Ah ini tugas perempuan” atau “Kan laki-laki yang melamar” Menurut kami, keputusan menikah adalah keputusan bersama. Setiap yang akan dilalui setelah menikah juga dilalui bersama. Alangkah baiknya jika tercermin sejak perencanaan dan pelaksanaan lamaran / tunangan. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing 🙂

Selamat merencanakan pertunangan!

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment