I’ll be writing in Indonesian since this is highly relevant and useful for those who want to get married in Indonesia :)
Untuk artikel sambungan yang ini, saya menulis berdasarkan pengalaman saya dan pasangan yang beragama Katolik dan Kristen Protestan.
Persiapannya dimulai cukup jauh dari tanggal pemberkatan, kurang lebih urutannya seperti ini:
- Sampaikan keinginan untuk menikah (beserta tanggalnya) kepada Gereja. Saya dan pasangan menikah di Gereja Katolik, tetapi mengikuti proses dan pemberkatan dari Gereja Protestan juga (Pendeta diundang ke Gereja Katolik untuk memberkati bersama dengan Romo di Hari H). Beberapa aturan yang kami tahu di saat pandemi:
- Permohonan tanggal hanya bisa sejauh 3-6 bulan di muka. Jadi tidak bisa pesan tanggal dari terlalu jauh. Akan tetapi juga tidak bisa terlalu dekat karena butuh sertifikat kursus Membangun Rumah Tangga.
- Gereja tempat menikah harus mengikuti Paroki tempat tinggal kamu, di mana kamu terdaftar secara Kartu Keluarga Biduk. Note: Gereja Katedral Jakarta tidak menerima pemberkatan di Hari Minggu selama masa pandemi.
- Jika semua sesuai dan oke, Sekretariat Gereja akan membantu memeriksa tanggal yang kamu inginkan. Kalau ternyata available, kamu bisa “booking” tanggalnya dengan menyerahkan beberapa dokumen: (1) Form pendaftaran pernikahan dan tanggal dari gereja masing-masing (2) FC KK Biduk (3) FC surat baptis kedua calon (4) Tambahan surat-surat kalau ada permohonan khusus kepada gereja.
- Minta TTD kepada Ketua Lingkungan (di form pendaftaran tanggal)
- Menyerahkan kembali semua dokumen kepada Gereja sehingga tanggal di-“book”
- Mengikuti kursus Membangun Rumah Tangga. Sejak pandemi, kursus MRT diadakan secara online di banyak paroki Gereja Katolik dan GKI. Tanyakan kepada Sekretariat Gereja, nanti akan diberi nomor telepon pengurus dan bisa daftar. Pembelajaran dari GKI Depok dan Paroki St. Theresia (waktu itu numpang ke St. Theresia) sama-sama sangat bermanfaat. Setelah selesai kursus, buku akan dikumpulkan ke Gereja untuk mendapat tanda tangan Romo Paroki dan Ketua MRT, sebagai “sertifikat”. Untuk Gereja Katolik, sertifikat MRT berlaku selama 6 bulan saja. Jadi kursus ini tidak bisa diambil terlalu jauh sebelum pernikahan.
- Penyelidikan Kanonik. Gereja Katolik dan Protestan sama-sama memiliki sesi “interview” dengan Romo atau Pendeta yang akan memberkati pernikahan. Untuk GKI Depok, kami berbicara dengan Pendeta dan Ketua/pengurus Sie Gereja. Dengan Katedral, kami berbincang dengan Romo. Selain itu, akan ada pengumuman 3x di Gereja (1x / minggu) dan penyelidikan Kanonik dianjurkan untuk dilakukan minimal 3 bulan sebelum menikah.
- Kumpulkan berkas-berkas untuk pemberkatan pernikahan. Listnya cukup banyak, ada fotokopi KTP, Akta Lahir, berkas 2 orang saksi dan form yang harus diisikan, FC Surat Baptis calon pasutri dan saksi, serta foto 4×6 (berdua berdampingan) sebanyak 3 buah.
- Mempersiapkan liturgi pemberkatan / ekaristi. Biasanya ini bisa dimintakan pada Romo / Pendeta / Gereja tempat pemberkatan, pastikan ada approval dari setiap pihak sebelum Hari H. Ini persiapannya juga seru karena meskipun hanya berjalan sepanjang 30-45 menit (di masa pandemi) atau 1-1.5 jam (di masa normal), tetapi isinya sarat makna dan bekerja sama dengan pasangan dan Romo/Pendeta untuk menyusunnya; secara pribadi terasa sangat seru 🙂
>> Termasuk mencari lagu-lagu untuk setiap momen dalam pemberkatan. - Cari vendor / fungsi yang bisa membantu jalannya misa. Mulai dari dekorasi Gereja, audio/sound, penyanyi dan pengiring atau koor, putra/putri altar, lektor, livestreaming, dokumentasi, hingga pembawa persembahan jika ada. Penerima tamu juga penting di masa normal, kemarin karena sedang pandemi hanya total 30 orang sehingga penerima tamu tidak diperlukan.
- Gladiresik. Mendekati Hari H! Jika bisa ada latihan untuk mengetahui posisi-posisi saat pemberkatan, akan membuat prosesi menjadi jauh lebih lancar. Kamu dan pasangan pasti gugup dan senang dan nano-nano di Hari H; jika sudah tahu posisi-posisi berdiri/duduk/berlutut hadap ke mana dari sebelum pemberkatannya, pasti sangat terbantu dan pemberkatan bisa lancar.
- Hapalkan janji sucimu. Memang tidak wajib, tapi alangkah indahnya bisa mengucapkan janji seraya menatap wajah dan mata pasangan, daripada sambil membaca teks.
- Untuk calon pengantin perempuan, latihan jalan dengan gaun menyeret lantai. Kalau kamu memilih gaun pengantin yang menyeret lantai (bagian depannya) pastikan kamu sudah latihan karena feelingnya sangat berbeda dengan jalan biasa. Harus menendang, momentum menyeret di lantainya seperti apa, dsb. agar kamu tidak keserimpet saat berjalan memasuki Gereja. Terutama kalau menggunakan Rose Petal Carpet, latihannya yang banyak ya 🙂
- Siapkan benda rohani untuk proses pemberkatan. Biasanya terdiri dari Kitab Suci, Rosario, dan Salib. Ada juga yang ditambah lilin atau buku rohani lainnya.
- Ambil Tes COVID-19. Ini khusus semasa pandemi, 3 hari sebelum pemberkatan semua yang hadir harus bisa memberi bukti non-reaktif dan sepanjang pemberkatan semua menggunakan masker. Kecuali bagi calon pasangan (sebagai dispensasi dari Romo pemberkat). Saya dan pasangan sampai 2 hari sebelum pemberkatan masih jantungan karena tidak tahu apakah semua sehat dan bisa hadir, terutama kami sendiri sebagai pasangan yang akan menikah hahaha.
Demikianlah persiapan yang saya dan pasangan lalui. Pengalamannya pasti berbeda-beda untuk setiap orang, tetapi inilah yang kurang lebih kami alami secara pribadi. Semoga bisa membantu dan selamat mempersiapkan! Tuhan memberkati.